Tak heran, muncul suara-suara yang mendukung sikap hati-hati ini.
Namun, di sisi lain, netizen pro-Jumbo juga ramai melontarkan serangan balik.
Banyak dari mereka menyinggung pengalaman masa kecil, seperti pemilik akun X @gsp**** yang menyindir.
“Kalau gitu, kok dulu kita bisa percaya ada robot kucing berkantong ajaib atau kambing naik traktor?” ucapnya.
Komentar ini mencerminkan pandangan bahwa dunia anak penuh imajinasi, dan peran orang tua adalah membimbing, bukan membatasi imajinasi itu.
Meski begitu, kritik terhadap film Jumbo tetap menguat, terutama dari mereka yang merasa unsur supranatural di film ini bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.
Bahkan ada yang membandingkan konten Jumbo dengan aturan Lembaga Sensor Film RI untuk kategori “Semua Umur”, dan menyimpulkan bahwa film ini melanggar poin tertentu.
Di tengah panasnya pro kontra tersebut, satu sisi lain dari Jumbo justru banyak menuai pujian, yakni pada kekuatan emosionalnya.
Tak sedikit penonton usia 13 tahun ke atas yang merasa terhubung dengan tema besar film ini, seperti kehilangan, pertemanan, perjuangan, dan kompleksitas emosi, tema yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh anak-anak kecil.
Dari beragam reaksi inilah, banyak yang mulai mendorong agar batasan usia untuk menonton Jumbo direvisi menjadi lebih sesuai, yakni untuk remaja dan dewasa muda.
Bagi orang tua yang masih bimbang, langkah bijaknya adalah menonton terlebih dahulu sebelum mengajak si kecil, untuk memastikan apakah isi film Jumbo ini cocok untuk usia anak-anak mereka. (cin/naf)