AVNMEDIA.ID - Film animasi Jumbo karya sutradara Ryan Adriandhy sukses menggebrak dunia perfilman Indonesia setelah tayang di bioskop pada 31 Maret 2025.
Sejak dirilis, film Jumbo garapan Visinema Studios ini berhasil menarik perhatian publik berkat alur cerita yang unik dan menghibur.
Di bawah arahan sutradara Ryan Adriandhy, Jumbo tampil mengesankan dengan visual berkualitas dan alur cerita yang menyentuh, sehingga menjadi tontonan yang ideal untuk anak-anak.
Dilansir dari Avnmedia.id, kesuksesan film Jumbo yang terus berdatangan juga diiringi oleh munculnya berbagai perdebatan.
Sorotan publik tertuju pada karakter Meri, sosok hantu kecil yang meminta bantuan Don untuk menemukan kedua orang tuanya.
Don akhirnya setuju, dengan syarat Meri harus membantu mereka mempersiapkan pertunjukan di pentas.
Berkat bantuan Meri, Don dan timnya mampu menampilkan aksi luar biasa dan berhasil meraih kemenangan yang membanggakan
Selain karakter Meri, hadirnya radio ajaib di film “Jumbo” juga menuai sorotan.
Radio tersebut memungkinkan Don berkomunikasi dengan kedua orang tuanya yang telah tiada.
Momen-momen itu terasa begitu menyentuh, apalagi bagi penonton yang tengah merindukan sosok-sosok tercinta yang sudah pergi selamanya.
Namun, di balik keharuan yang dibangun, sejumlah penonton merasa penggunaan radio sebagai sarana berbicara dengan orang meninggal kurang tepat, terutama untuk tontonan anak-anak.
Beberapa netizen bahkan melayangkan kritik, khawatir anak-anak menjadi bingung dan mempertanyakan apakah benar kita bisa berbicara dengan orang yang telah tiada lewat radio.
Karena alasan tersebut, sebagian pihak menilai Jumbo kurang ideal untuk ditonton anak-anak, khususnya mereka yang masih berusia di bawah enam tahun.
Para sutradara, animator, hingga seluruh tim kreatif di balik layar film animasi tentu telah mencurahkan usaha terbaik mereka untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati lintas usia.
Namun, begitu karya tersebut lahir ke tengah masyarakat, makna dan pesan yang ingin disampaikan tak lagi sepenuhnya berada di tangan pembuatnya.
Setiap penonton membawa sudut pandang masing-masing, membentuk interpretasi yang subjektif.
Di tengah gegap gempita Jumbo yang disambut meriah oleh banyak kalangan, muncul pula sebagian kecil orang tua yang mengkritisi nilai moral yang terkandung dalam film ini.
Perdebatan Soal “Jumbo” Memanas, Orangtua dan Netizen Adu Pendapat di Media Sosial
Di platform X, diskusi panas soal kelayakan film Jumbo untuk anak-anak tak terhindarkan.
Percikan perdebatan bermula dari cuitan dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH, yang membuka pertanyaan tentang ulasan film ini sebelum memutuskan mengajak sang buah hati ke bioskop.
Komentar pro dan kontra pun membanjiri, terutama terkait adegan komunikasi dengan hantu lewat radio.
Sejumlah orang tua mengungkapkan kekhawatirannya, mengingat anak usia di bawah enam tahun cenderung menganggap apa yang mereka lihat sebagai kenyataan konkret sehingga menjelaskan adegan imajiner seperti itu menjadi tugas tambahan yang cukup berat bagi para orang tua.
Tak heran, muncul suara-suara yang mendukung sikap hati-hati ini.
Namun, di sisi lain, netizen pro-Jumbo juga ramai melontarkan serangan balik.
Banyak dari mereka menyinggung pengalaman masa kecil, seperti pemilik akun X @gsp**** yang menyindir.
“Kalau gitu, kok dulu kita bisa percaya ada robot kucing berkantong ajaib atau kambing naik traktor?” ucapnya.
Komentar ini mencerminkan pandangan bahwa dunia anak penuh imajinasi, dan peran orang tua adalah membimbing, bukan membatasi imajinasi itu.
Meski begitu, kritik terhadap film Jumbo tetap menguat, terutama dari mereka yang merasa unsur supranatural di film ini bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.
Bahkan ada yang membandingkan konten Jumbo dengan aturan Lembaga Sensor Film RI untuk kategori “Semua Umur”, dan menyimpulkan bahwa film ini melanggar poin tertentu.
Di tengah panasnya pro kontra tersebut, satu sisi lain dari Jumbo justru banyak menuai pujian, yakni pada kekuatan emosionalnya.
Tak sedikit penonton usia 13 tahun ke atas yang merasa terhubung dengan tema besar film ini, seperti kehilangan, pertemanan, perjuangan, dan kompleksitas emosi, tema yang mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh anak-anak kecil.
Dari beragam reaksi inilah, banyak yang mulai mendorong agar batasan usia untuk menonton Jumbo direvisi menjadi lebih sesuai, yakni untuk remaja dan dewasa muda.
Bagi orang tua yang masih bimbang, langkah bijaknya adalah menonton terlebih dahulu sebelum mengajak si kecil, untuk memastikan apakah isi film Jumbo ini cocok untuk usia anak-anak mereka. (cin/naf)