Sutradara film Pengepungan di Bukit Duri tersebut mengenang betapa peristiwa itu terjadi begitu sering, seolah menjadi kebiasaan.
“Mereka hunting ‘anak Cina’ untuk dipukuli. Mereka tarik anaknya, lalu dipukulin. Saya waktu itu bingung dan shock, dan pengalaman itu menghantui saya sampai dewasa,” kenangnya.
Rasa bersalah karena dulu hanya bisa diam tanpa berbuat apa-apa menjadi alasan Joko Anwar untuk menuangkan kisah ini ke layar lebar.
Joko Anwar menganggap Pengepungan di Bukit Duri sebagai bentuk penebusan dosanya.
“Film ini adalah penebusan dosa saya. Ada karakter di dalamnya yang mewakili perasaan saya saat itu,” tuturnya.
Tak hanya itu, melalui film ini, Joko Anwar juga melayangkan kritik tajam terhadap sistem pendidikan Indonesia yang dinilainya cukup bobrok.
Skenario Pengepungan di Bukit Duri merupakan hasil karya Joko Anwar yang disusun selama 17 tahun sebelum akhirnya terwujud di layar lebar.